Syahdan, terbetik berita tentang adanya tokoh terkenal dari Indonesia yang berobat ke Jerman.
Keluhan tokoh ini kepalanya kerap kali pusing. Kabarnya sebab siang malam tokoh ini selalu memikirkan nasib rakyat kecil, lebih-lebih dalam keadaan krisis ekonomi sekarang ini. Konon tokoh yang di agung-agungkan masyarakat ini secara diam-diam nyelonong ikut ke Jerman untuk mendatangi dokter "ahli bedah otak" ketika Presiden RI berobat kesana.
Ketelitian dan kecanggihan dokter Jerman memang sudah terkenal diseantero dunia, bahkan sejak sebelum PD II. Setelah tokoh itu kepalanya diperiksa dengan terliti, maka barulah mereka mengadakan konsultasi di ruang kerja dokter itu.
Tokoh : "Bagaimana, dokter?"
Dokter: "Agak parah! Di Jerman tidak ada pasien separah ini."
Tokoh :"Parah bagaimana?"
Dokter: "Dari hasil penelitian ini saya menemukan otak Tuan penuh diselimuti bintik-bintik hitam kecil. Dan dibalik otak itu terdapat banyak rekaman bayang-bayang gambar, seperti gambar-gambar rupiah yang sudah lusuh dan dollar yang masih baru. Saya sendiri kurang jelas, apa artinya itu.
Tokoh : "Lho, kok?"
Dokter: "Ya, Tuan. Otak itu harus diangkat dari batok kepala, disikat, dicuci, diservice bersih. Tuan bersedia?
Tokoh : "Tentu, saya harus. bersedia, dari pada pusing-pusing terus!
Begitulah, konon batok kepala sang tokoh itu kemudian digerjagi terus dibuka oleh sang dokter. Otak diangkat dikeluarkan dan batok kepala ditutup kembali dengan rapi sehingga tidak meninggalkan bekas. Otak disimpan oleh dokter dan pasien kembali ke Indonesia...
Waktu terus berlalu. Sampai beberapa bulan belum juga otak diambil oleh sang pasien, padahal dokter sudah menyelesaikan pekerjaannya.
Syahdan, ketika sang dokter ikut rombongan delegasi Jerman yang datang ke Indonesia pada pertengahan Februari ini, sang dokter melihat sang tokoh yang menjadi pasiennya dulu itu. Lalu dokte tergopoh menegur sang tokoh tadi.
Dokter: "Lho,Tuan! Otak tuan sudah selesai, harap segera diambil ke Jerman. Saya sudah terlalu lama menyimpannya."
Apa jawab sang tokoh?
Tokoh : "Saya tidak perlu lagi."
Dokter: "Lho, kok? Karena apa?"
Tokoh : "Saya sudah jadi anggota MPR."
Dokter: Ooo ,I see ....(?????????)